Liburan lebaran 2019

H-1 Sebelum lebaran 2019, yang jatuh pada 4 Juni. Aku berlibur ke Candi Prambanan dan Pantai Parangtritis bersama temanku namanya Marni, dia membawa 4 teman lagi 2 cowok dan 2 cewek. Salut Marni diem diem anak motor, kecepatanya membawa motor bukan kaleng kaleng. Kita persiapan dari rumah kisaran pukul 6 pagi, dan sampai jam 7 kita menunggu rombongan lainya dekat dengan terminal Tirtonadi. Rajin sekali yang mau piknik ini, kata diriku 🤣
Baiklah, semua terkumpul kisaran setengah 9, kita semua langsung menuju arah klaten-Jogja, tepat diperbatasan Klaten kita menemui 1 Orang. Semua rombongan sudah lengkap, saatnya kita mini touring ke arah Jogjakarta. Pukul 10 an kita sampai di depan tiket candi Prambanan, harga tiket kisaran 45k. Harga yang lumayan bersahabat untuk ukuran pelajar dan pelancong di tengah waktu liburan seperti ini. Boleh jujur ga, ini for the first time aku liburan di Candi Prambanan, meskipun saudara kakak Ipar ada yang dari daerah sini. Aku belum pernah menapakkan kaki kesini, pernah sekali cuma melewatinya. Maklum, karena keterbatasan waktu dan bingung mau ajak siapa. Mungkin sekarang saatnya, sesekali mampir dan traveling kesini. Hal yang membuat aku sukai ketika sampai disini, orangnya ramah ramah You know lah orang jawa, (termasuk aku dong)🤣🤓😂. 

Pemandangan sekitar candi cukup terik namun masih syahdu karena banyak angin, langit yang agak terik dan interior candi yang klasik namun kelihatan kokoh, mendukung menjadi satu untuk dinikmati disela hiruk pikuk penatnya dunia metropolitan Jogjakarta. Pantas saja, orang Kota dan beberapa temanku rela merogoh kroscek dalam untuk menikmati weekend mereka ke Jogjakarta. Memang aku akuin pesona Jogjakarta, Magelang, Gunung Kidul dan sekitarnya itu bagus dan karena adanya social media sebagai promotor utamanya, rasanya itu menjadi magnet kuat untuk menarik orang-orang. Ditambah jaman seperti sekarang, orang-orang berlomba untuk memenuhi feed Instagram supaya eye catching tapi tak apalah memang dunia bisnis pariwisataan seperti itu. Seperti pelajaran Tourism & Management yang aku dapatkan di bangku kuliah.

 Era modernisasi dikala persaingan semakin kuat, menuntut masyarakat berfikir kreatif termasuk untuk kiblat pariwisata agar tidak bersifat sementara. Lanjut ke pengalaman aku di candi ini, candi ini banyak bagian-bagianya. Jujur aku tidak ingat bagianya apa saja, kalu teman-teman pembaca ingin lebih mengetahui sebaiknya kunjungi wikipedia atau platform searching lainya. Hehehe..

Kita ber 6, jalan jalan sekitar candi mengobrol, berfoto dan bercanda satu dengan yang lain meskipun kita baru saja bertemu rasanya rasa canggung itu tidak terlalu terasa. Mungkin karena kita sama-sama dewasa kali ya, oh iya ada 2 orang namanya nur dan temanya itu juga bekerja di Ibu kota mereka bekerja di Jakarta. Wah, asyik kalau aku ada liburan di Bekasi bisa mampir main nih. Hehehe

Tidak terasa hari semakin siang, udara cukup memanas namun tak surut langkah kita untuk sejenak berpoto mencari angle-angle yang bagus buat mengabadikan moment. Sempat sesekali kita mendengar ada tour guide yang menjelaskan, tentang sejarah Candi ini. Ternyata legenda tidak jauh- jauh dari telinga warga Indonesia. Tak apa, siapapun yang membangung candi Prambanan ini kataku orang sangat hebat, bagaimana tidak setiap sudutnya begitu kokoh. Pantas saja selain sebagai wisata sejarah, Candi ini juga sebagai tempat wisata untuk berfoto-foto dan merefreshingkan diri dan sejenak melupakan kegiatan pekerjaan. 


Kita semua memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan sholat di dekat masjid sekitar.Semakin menjelang sore, karena kita masih berpuasa kita ingin mencari tempat menunggu senja dan berbuka puasa. 

Perjalanan selanjutnya, kita ke Pantai Parangtritis, amat disayangkan cuaca terik seharian menjadikan cuaca sore mendung. Pantainya jadi tidak kebiruan , tapi keabuan. Hmm.
 Tidak apa-apa karena kita ingin menikmati pemandangan pantai, dan mengambil angle poto yang bagus. Kita kesana kemari berlarian, sesekali menantang ombak ketika ombak mendekat kita menjauh. Rasanya seperti masa kecil kurang bahagia ya, hihi.. Seru sekali menikmati deburan ombak yang tidak terlalu kencang sehingga membuat baju kita sedikit basah. 

Ada daya menarik sendiri bagiku pantai itu, seperti candu dari udaranya, gemericik airnya dan deburan ombaknya menambah rasa galau di hati. Ah elah, bukan rasanya ingin sekali diri ini tergenapi. Ombak di pantai itu, ibarat kehidupan pasang dan surut. Menjadikan manusia, berfikir dan merasakan kadang susah kadang senang. Alhamdulillah, lagi- lagi kuucapkan syukur, Allah masih memberikanku nikmat sehat dan bahagia sampai sekarang. 
Sembari menunggu buka puasa kita bercerita, berpoto dan tidak jauh berbeda dengan hal tadi berlarian tidak jelas. Dan waktunya buka puasa tiba, karena besoknya lebaran kita memutuskan untuk cepat-cepat pulang, karena di khawatirkan macet sebab arah arus mudik yang padat.
Sekian, see you next ma travel story lagi ya🥰

Comments

Popular Posts