Review Novel People Like Us


Identitas :

Judul novel : People Like Us
Penulis : Yosephine Monica
Penyunting : Tia Widiana
Proofreader : Dini Novita Sari
Design cover : Angelina Setiani
Penerbit : Haru
Terbitan : Juni 2014
Jumlah halaman : 330 halaman
ISBN : 978-602-7742-35-2 

Sinopsis :

Akan kuceritakan sebuah kisah untukmu. Tentang Amy, gadis yang tak punya banyak pilihan dalam hidupnya. Serta Ben, pemuda yang selalu dihantui masa lalu. Sepanjang cerita ini, kau akan dibawa mengunjungi potongan-potongan kehidupan mereka. Tentang impian mereka, tentang cinta pertama, tentang persahabatan, tentang keluarga, juga tentang..., kehilangan. 

Mereka akan melalui petualangan-petualangan kecil, sebelum salah satu dari mereka harus mengucapkan selamat tinggal. Mungkin, kau sudah tahu bagaimana cerita ini akan tamat. Aku tidak peduli. Aku hanya berharap kau membacanya sampai halaman terakhir. Kalau begitu, kita mulai dari mana?


Review :

Awal mula aku ingin membaca buku ini karena, sering terpampang di Toko Gramedia bagian depan. Termasuk best seller deh, dan tidak diragukan lagi terbitan penerbit haru. Design sampulnya selalu manis, menarik hati. Siapa yang tidak tertarik dengan novel satu ini. 😆


Kadang, banyak orang berpikir
Jika salah satu tokoh utama meninggal,
Kisah itu juga turut berakhir-
Pergi bersama sosok tersebut.
Namun sebenarnya,
Masih banyak hal yang bisa diceritakan.
Terlalu banyak, bahkan.

Karena titik terberat dari tipikal cerita ini-
Dimana tokoh utamanya pergi-
Adalah bagaimana tokoh-tokoh yang ditinggalkan
Merelakan dirinya, memaknai hidup,

Dan menjalani realitas.

People Like Us bercerita tentang seorang gadis biasa bernama Amelia Collins atau Amy, gadis berumur 15 tahun yang termasuk anak 'standar'; tidak populer karena cantik, tidak  di bully karena jelek, tidak terkenal karena pintar, dan tidak  bodoh juga orangnya. Amy sangat suka menyukai menulis, tulisan-tulisan di blognya populer di sekolah. 

Tapi, tidak hanya dikenal sebagai penulis handal dan misterius di situs blog. Amy juga dikenal sebagai penguntit Benjamin Miller, seperti fans garis keras  seorang bintang sepak bola sekolah, nama populernya Ben.

 Sebenarnya, permulaan rasa suka  Amy pada Ben bukan berawal  saat di high school saja. Tapi pada usia midle school alias zaman SMP, akan tetapi ternyata Ben tidak ingat sama sekali tentang Amy, karena laki-laki itu terlalu cuek pada dunianya.

Permulaan masalah disini ketika Amy divonis kanker Limfia. Lana, sang sahabat baik nya Amy, membujuk Ben agar menjenguk Amy sesekali di rumah sakit. Awalnya Ben kekeh tidak mau, karena Ben merasa "memang gadis itu siapa?" Siapa sih yang mau menjenguk penguntit dirinya sendiri?  

Tapi ada hal yang menarik dari sudut pandang ini, Ben pun terpesona dengan Amy lewat karya-karya penulisanya. Ben ingin belajar banyak pada Amy.

Kisah mereka pun berlanjut dengan kedekatan mereka berdua yang sangat berfaidah, si Ben belajar banyak tentang kepenulisan. Tidak hanya itu, proses perubahan Ben yang lebih terbuka dengan adiknya, Margareth atau Madge juga dibahas. Mereka menjadi akur setelah sekian lama mereka terdiam, karena Ben merasa si Madge sama menyebalkannya seperti Granny selalu ikut campur urusan Ben alih-alih Ben cuek kepada Madge. 

Ceritanya sangat kompleks, mulai dari percintaan, pertemanan, keluarga, dan yang penting adalah mencapai mimpi. Menurutku, kedua karakter Amy dan Ben memang mempunyai sisi kesamaan dan saling melengkapi masing-masing untuk mencapai mimpi-mimpinya. Justru kedekatan mereka berjalan pelan tapi nggak membosankan. 

Klimaksnya, si Amy kalah berjuang dengan Kankernya. Disini, perasaanku terasa sakit. Bagaimana bisa tokoh utama meninggal tanpa Ben mengungkapkan perasaanya suka pada Amy, sebelum Amy pergi selamanya. Yah mungkin itulah takdir, kehidupan yang jelas pesan moral disini adalah ungkapkan apa yang kau ingin ungkapkan kepada seseorang, sebelum seseorang itu meninggal.

Dua tokoh utama yang sama-sama menghadapi konflik complicated, namun berakhir manis berurai air mata haru. Ben sukses menyelesaikan tulisan Amy, saat bangku kuliah dan menerbitkanya tertera nama mereka berdua. Kau Amy, kau pasti tersenyum di Surga.

Perasaan sedih sekali, saat mengetahui Amy sang tokoh utama meninggal. Bukankah semua ada garis takdir, aku menjadi berfikir ketika aku meninggal apa aku sudah mencapai mimpi-mimpiku jika belum siapa yang akan kuwariskan mimpi-mimpiku agar terealisasi.

Ps : Aku membaca novel ini sama dengerin gerimis, rasanya syahdu sekali. 😂

My Score : 🥰🥰🥰🥰/5

Comments

Popular Posts