Review Buku " Siapa yang datang ke pemakamanku, saat aku mati nanti?"
Identitas :
Judul : Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?
Ukuran : 13x19 cm
Halaman : 168 hal
Ukuran : 13x19 cm
Halaman : 168 hal
Blurb :
Siapa yang datang ke pemakamanku saat aku mati nanti? Satu pertanyaan sederhana itu membuat Kim Sang-hyun banyak berpikir tentang hidup dan segala persoalannya.
Buku ini adalah catatan kecil sang penulis yang berusaha untuk hidup sedikit lebih baik, sedikit lebih bahagia, sedikit lebih sejahtera. Ditulis dengan gaya bahasa yang tenang dan jujur, Kim Sang-hyun mencoba menyampaikan kehangatan, memberikan penghiburan, dan menumbuhkan kekuatan bagi pembaca untuk menjalani hidup, meraih mimpi, juga mengatasi kekecewaan dan berbagai perkara hidup sehari-hari
Review
Awal mula tertarik dengan buku ini karena racun dari temanku novita, awal mulanya ih serem banget karena judulnya “Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?” lama-lama tertarik juga dengan covernya, karikatur seorang lelaki yang tidur meringkuk di dalam cangkir . Seperti melihat diri kita yang sendirian, kesepian dan dibatasi, terkurung di tempat tertutup tampa ada yang melihat.
Dari judul bukunya saja sudah membuat aku penasaran setengah mati, apa isi buku ini didalamnya. Apakah akan membahas tentang kematian? Apakah akan membahas tentang kehidupan setelah mati? Ternyata taaraaa, bukan semuanya. Buku “Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?” seakan akan bertema “dark and glommy” dan ternyata "no way!" . Buku self improvement ini tergolong ringan, enaknya dibaca ketika “down” atau dibaca ketika senggang, saat duduk santai di sore hari dan lebih rileks lagi dibaca sebelum tidur , selaksa kita menumpahkan cerita kita pada seseorang yg mengenal lama kita.
Buku ini dibagi menjadi 4 bagian; Kesalahan, Hati yang Hilang, Sejarah dan Semoga Itu Kebahagiaan. Dibawakan dengan sudut pandang orang pertama membuat kita sebagai pembaca berasa seperti mengobrol dengan teman lama, berbagi tentang kisah-kisah yang pernah dilaluinya. Aku kira akan menghabiskan buku ini dalam sekali duduk karena kurang dari dua ratus halaman, tetapi butuh 5 hari untuk menikmati setiap kalimatnya, kemudian me-refleksi diri dengan cerita - cerita di dalamnya. Bahasa ringan, tapi untuk merefleksikanya masuk ke dalam hati seperti membutuhkan waktu.
Di dalam buku “Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?” menceritakan tentang kekecewaan, tentang meninggalkan dan ditinggalkan, tentang bagaimana memaknai hidup yang saat ini kita jalani, tentang kita yang harus berusaha mencintai diri sendiri, selain itu buku ini mengajar kita untuk tidak terlalu ‘berlebihan / stress’ saat apa yang kita harap tidak berjalan sesuai ekspektasi kita, dan mengajak kita untuk selalu berbuat baik dan selalu menjadi baik, karena dengan kebaikan kita semoga terjawab “siapa yang datang ke pemakamanku saat aku mati nanti?”.
Beberapa kutipan yang menjadi favoritku dalam buku ini.
1. “Semua fakta dan kebohongan yang ada disekelilingmu itu tidaklah penting, karena pada dasarnya , manusia memang hanya melihat apa yang ingin mereka lihat.” “... Sosok dirimu saat ini, tidak dibuat berdasarkan pandangan, penilaian ataupun kecurigaan orang lain. Kamu dibentuk dari rasa sakit dan air mata yang mengalir karena usaha kerasmu untuk tetap bertahan. ...” (hal. 44).
2. “Kita hidup dilingkungan yang terbiasa membandingkan dan dibandingkan. Keinginan mendapat pengakuan, lebih tinggi daripadi keinginan lainnya. Rasa percaya diri kita lebih mudah hancur, sebab standar penilaian bukanlah dari ‘diri sendiri’ tetapi ‘orang lain’. Kita terperangkap dalam bingkai, “Bagaimana kalau orang lain menganggapku aneh?”” “... Kita mengira kita baru punya harga saat orang lain mengakui kita; keberadaan ‘pribadi’ kita sepenuhnya berdasarkan pendapat orang lain.” (hal. 99)
3. Kadang aku merasa tidak nyaman dan tidak bahagia dengan keberadaan orang lain. Aku jadi berpikir, jangan2 meski kita saling membutuhkan, kita juga adalah beban bagi satu sama lain. (p. 20)
4. Aku ingin terus yakin bahwa pada akhirnya yang akan selalu berpihak padaku adalah diriku sendiri. (p. 51)
5. Kebaikan dan gampangan adalah hal yang berbeda. Yang menjadi masalah bukan aku yang terlihat gampangan karena baik, tetap orang yang menggampangkan kebaikan. Memisahkan dua perkara itu membuat pikiran dan hatiku lebih tenang. (p. 26)
My Score : 🥰🥰🥰🥰🥰/5 .
Comments
Post a Comment