Review Buku "Hidup Apa Adanya"
Identitas Buku :
Penulis : Kim Suhyun
Penerbit : Trans Media Pustaka
Penerjemah : Presilia Prihastuti
Genre : Self Improvement
Tebal : 296 Halaman
Tahun terbit : 2020 di Indonesia; 2016 di Korea
ISBN : 978-1036-29-4
Blurb :
Hidup apa adanya (I Decided to Live As Myself)
“Aku harus bisa masuk ke Universitas A karena teman-temanku ingin masuk ke kampus itu.”
“Aku harus bisa diterima di perusahaan B karena teman-teman akan menilaiku sebagai seorang yang sukses.”
“Aku ingin mengubah penampilan seperti dia yang dikagumi banyak lelaki.”
“Aku ingin membeli barang bermerek agar orang-orang menilaiku sebagai orang kaya.”
Lelah ya, kalau harus hidup sesuai dengan pendapat atau penilaian orang lain. Seperti tidak ada habisnya memuaskan penilaian mereka.
HIDUP APA ADANYA membuka pikiran kita bahwa apa pun penilaian dan pendapat orang lain tidak akan memberikan pengaruh pada kehidupan kita, terutama tentang kebahagiaan. Menjadi diri sendiri dan menerima keadaan sesuai dengan porsi yang sesungguhnya akan membuat kita mensyukuri
segala hal yang ada di hidup ini, sekecil apa pun itu.
Temukan serangkaian to-do-list menjalani hidup penuh percaya diri melalui buku yang telah dicetak ulang lebih dari 200 kali ini serta terjual lebih dari 800.000 eksemplar di Korea Selatan dan lebih dari 700.000 eksemplar di Jepang.
Review :
Agustus 2021 ini menjadi akhir tahun dimana kita sebisa mungkin menyelesaikan target kita yang telah kita susun saat memasuki awal 2021. Meskipun yang terealisasi hanya beberapa atau tidak ada sama sekali, tapi kita masih mempunyai harapan untuk menutup tahun ini dengan cerita yang tak terlupakan. Seperti aku ini yang menginginkan menutup tahun ini dengan beberapa target untuk mengembangkan skill baru yang ada diriku dari sisi manapun, Melalui pandemi yang sedang melanda dunia ini, membuat aku menjadi intropeksi diri atas apa yang telah aku lalui pada tahun-tahun sebelumnya. Apakah langkah yang kuambil sudah benar? Apa yang semestinya harus kuperbaiki? Apakah yang kulakukan selama ini sudah sesuai dengan tujuanku yang dari awal sudah aku susun?
Untuk menjawabnya semua pertanyaan ini aku selalu berusaha untuk mencari referensi dari media cetak dan media sosial. Awal mulanya aku memasuki dunia perbukuan tentang self improvement, otomatis juga mengetahui buku ini di salah satu market place, jujur sebelum membeli buku ini aku berpikir selama kurang lebih 4 bulan wkwk, kebiasaanku kalo menginkan barang gak langsung pengen terus beli, karena takut laper mata aja. Buku ini memang unik bersampul ungu dan simple, karena dari judul sudah menggambarkan apa isinya dan dikemas secara menarik pembacanya khususnya buat para kaum milenial dan para budak korporat, yang pasti butuh jawaban atas persoalan yang dihadapinya diusia dewasa atau yang baru menginjak dunia pekerjaan.
Dan jeng-jeng, pas baca pada halaman awalnya saja aku sudah menyukai buku ini. Memang benar relate banget dengan kehidupan aku sekarang yang jujur semua serasa dibikin pusing.
Buku ini terdiri dari 6 bagian dan setiap bagiannya mempunya pesan tersendiri untuk setiap pembacanya, dijamin buku kamu bakal penuh stabilo atau sticky notes soalnya banyak hal yang akan bikin kamu terpesona dengan isi bacaanya.
Pada chapter pertama di buku Hidup apa adanya ini kita diajak untuk menghormati diri sendiri dulu. Apapun yang telah kita miliki sekarang, pencapaian apa saja yang di dapat, apapun itu kita harus bisa melihat kepada diri kita ini sesuatu yang spesial dan we have to apreciate it, kalo gak kamu sendiri yang mengapresiasi siapa lagi.
Seperti kutipan dari buku ini yang mengatakan bahwa membandingkan diri dengan kehidupan orang lain di Instagram hanya akan menyengsarakan diri sendiri. Yang terpenting, kembali lagi apapun yang telah terjadi alangkah baiknya kita bisa mengetahui bagaimana kita menyikapi itu semua dengan dewasa atau legowo. Ketika kita mengenali diri sendiri , maka kehidupan sosial kita juga akan berangsur mengikuti kita sehingga kita mampu beradaptasi, karena kita telah paham posisi kita dimana , karena kita sudah mengetahui porsinya misalnya saat berdebat dengan anak-anak, seumuran atau orang tua tentu cara bersosialisasi kita sedikit berbeda.
Berusaha memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, menghormati keputusan orang lain apapun yang telah terjadi jangan sekali-sekali menghina kehidupan orang lain, karena kita tidak mengetahui bagaimana susahnya mereka menghadapi strungle hidupnya.
Chapter selanjutnya bercerita mengenai “be your self” menghargai value atau nilai yang ada pada diri kita sendiri. Topik utama yang dibahas How to handle your self dan what’s your value. Sebisa mungkin kita harus mencari cara untuk menghargai diri sendiri ketika ada orang yang menjelekkan dirimu atau merendahkan dirimu, penulis mengajak kita untuk menjalani kehidupan berdasarkan yang kita suka, bukan agar disukai atau dihargai orang lain.
Pada bagian ketiga ini semakin kita diajak untuk tidak berlarut-larut dalam kecemasan. Seperti kita tahu untuk bertahan di dunia pekerjaan, dimana kita tidak bisa dihargai atau memperoleh kesenjangan tentu kita pasti banyak makan hati. Terlebih disaat umuran dewasa ini, banyak sekali tuntutan dari lingkungan sosial, keluarga, pekerjaan atau circle pertemanan yang menjadikan kita semakin tertekan batin secara perlahan lalu mulai overthinking. Kita menjadi sensitif dan selalu memakai topeng, menutup diri seolah kita ini baik-baik saja padahal sama sekali tidak. Ujung-ujungnya itu akan semakin sedih dan overthinking, disini penulis ingin mengajak kita untuk berpikir bahwa masalah yang ada saat ini bukan hanya terjadi pada kita saja. Kalau kamu sedang tidak baik-baik saja, ga masalah. Karena ketika kamu bisa mengakui pada dirimu sendiri bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja cukup membantu untuk kamu bisa memahami permasalahanmu sendiri.
Sepertinya aku harus menghentikan spoiler berlebihan ini, Chapter terakhir menjadi penutup dari buku ini, yakni ketika kita membuat standart kebahagiaan bukan sebagai tujuan hidup, aturlah kebahagiaanmu sendiri, ikhlaskan apa yang terjadi di masa lalumu, berusaha mencintai ketidaksempurnaan diri sendiri, dan hidup sebagai orang yang dewasa yang bisa berdampingan dengan masalah.
Fakta bahwa manusia bukanlah diciptakan untuk bahagia.Pada dasarnya manusia memiliki 5 jenis perasaan yang terdiri dari gembira, marah, benci, takut, sedih dan kaget. Tidak apa-apa sesekali merasakan sedih atau marah, karena jika tidak pernah merasakan itu maka kita tidak akan tau apa itu rasa bahagia. Sempurna sekali bukan, lika-liku kehidupan pasti akan selalu ada selama kita menghirup oksigen. Cara kita menyikapi dan menghadapi itu semua serta membuatnya menjadi berkah dan bermanfaat itulah cara terbaik kita.
Kelebihan buku ini adalah terjemahanya oke, memakai kata slang seperti mantul , sotoy dll karena kita tahulah target buku ini adalah anak-anak milenial. Terus yang paling aku suka adalah topik-topik yang ditulis sangat menampar wkwk.
Kekurangan, masih kesulitan mencerna mungkin karena tingkat penggunaan bahasa terapan di korea sangat berbeda di Indonesia.
Score : 🥰🥰🥰🥰/5
Bonus kata-kata yang menampar wkwk
Comments
Post a Comment